Fanatisme Terhadap Budaya Barat
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو
غَسَّانَ قَالَ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا
بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sesungguhnya kalian akan mengikuti perilaku
umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga
kalau mereka masuk kedalam lubang biawak pun, kalian ikuti.” Kami (Abu Sa’id
al-Khudri) bertanya, “Ya Rasulullah (apakah yang diikuti itu) adalah Yahudi dan
Nasrani?” Rasulullahmenjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (H.R. al-Bukhari)
Kehidupan umat Islam pada akhir
zaman, semakin lama kehidupan mereka akan semakin berantakan bahkan tidak karuan.
Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wasallam sudah menggambarkan hal ini melalui sabdanya, “Masa
(qurun) yang paling bagus adalah masaku,
kemudian masa
orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya.” (H.R. al-Bukhari dan
Muslim). Hadis ini menggambarkan bahwa kehidupan umat Islam semakin lama akan
semakin rusak.
Bukan hanya itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam juga telah
menggambarkan perilaku umatnya dikemudian hari, yaitu,
mengikuti budaya Barat, Yahudi maupun Nasrani. Orang-orang Yahudi dan Nasrani
memang telah berusaha untuk menghancurkan umat Islam dengan berbagaimacam bentuk
yang dapat membuat umat Islam mengikuti jejak mereka tanpa terasa. Misalnya, membudayakan pakaian
ala Barat, membuat tempat-tempat yang sangat dilarang oleh syariat,
seperti diskotik, kafe malam, dan lainnya. Bahkan makanan-makanan yang dikonsumsi kita adalah produk Barat yang dapat
mematikan, namun tidak terasa. Dan semua itu sudah diatur oleh mereka.
Mereka, Yahudi dan Nasrani, tidak
akan pernah rela melihat orang-orang Islam jaya dan bersatu di muka bumi ini. Apapun akan
mereka lakukan, tanpa mengenal lelah, demi menghancurkan Islam, sampai umat Islam mau
mengikuti agama mereka, seperti yang telah tersurat dalam kitab Allah subhânahu wata’âlâ yang suci, “Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah
[2]; 120).
Dari semua penjelasan ini, mari kita
teliti Hadis di atas yang telah memberikan gambaran tentang perilaku umat Islam
pada akhir zaman.
Takhrîjul-Hadîts
Hadis di atas telah di-takhrîj oleh Imam al-Bukhari.
Beliau meriwayatkan dari Sa’id bin Abi Maryam, diceritakan oleh Abu Gassân dari
Zaid bin Aslam dari ‘Atha’ bin Yasar dari Abi Sa’id al-Khudri, dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang sudah kita
ketahui bahwa Hadis yang telah di-takhrîj oleh Imam al-Bukhari adalah
Hadis shahih. Hadis di atas juga bisa dinamakan Hadis yang muttafaq ‘alaih karena diriwayatkan juga oleh
Imam Muslim.
Makna Hadis
Yang dimaksud dengan “perilaku umat sebelum kalian”
dalam Hadis di atas adalah budaya-budaya Barat, Yahudi dan Nasrani, sedangkan
maksud “sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kalau
mereka masuk kedalam lubang biawak pun, kalian ikuti”, adalah kinâyah
bahwa umat Islam akan selalu mengikuti semua budaya mereka dalam segi menyalai
hukum-hukum syariat dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, bukan dalam
segi kekufuran.
Ibnu Hajar al-‘Asqalâni telah menegaskan bahwa yang
dimaksud dengan “jengkal demi jengkal, hasta demi hasta, dan lubang biawak” adalah
sebagian umat Islam telah mengagumi budaya luar ketimbang ajaran Islam sendiriyang
kaya dengan aturan-aturan kehidupan. Kekaguman merekamelampaui batas bahkan
terkesan sangat konyol.
Menurut Ibnu ‘Uyainah, Hadis di atas merupakan
gambaran bahwa ulama-ulama yang tidak mengamalkan ilmunya berarti mereka telah
menyerupai orang-orang Yahudi. Sedangakan para ahli ibadah (ubbâd) yang tidak beretika berarti
mereka telah menyerupai orang-orang Nasrani.
Relevansi Hadis dengan Fenomena Kontemporer
Mulai sekarang, kita tidak perlu lagi
meragukan tentang terutusnya Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi
wasallam dan segala mukjizatannya, sekaligus Hadis-hadisnya. Karena apa yang
telah disabdakan beliau selalu menjadi fakta yang tidak pernah luput atau bahkan
salah. Hadis yang disepakati ke-shahih-annya oleh Imam al-Bukhari dan
Imam Muslim ini, telah menerangkan akan terjadinya pengikisan jati diri umat Islam. Sungguh
benar apa yang telah disabdakan oleh Nabi diatas. Kita, sebagai umat Islam, telah mengagumi budaya Barat dari pada budaya dan nilai-nilai keislaman.
Ungkapan-ungkapan Hadis tersebut adalah kiasan atas
kegilaan kita tehadap budaya import dari Barat yang notabenenya adalah budaya Yahudi
dan Nasrani, sehingga, dari keterikatan kita mengikuti budaya itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam telah memberi
perumpamaan, kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak yang sempit dan
menjijikkan maka diikuti oleh umat Islam karena kefanatikan dan kekaguman
mereka yang membabi buta. Lihatlah, Kalau kita berjalan
beberapa langkah saja keluar rumah, sudah dapat kita pastikan bahwa kita akan
melihat penampilan remaja Muslim dan Muslimah yang begitu akrab dan sangat
terbiasa dengan penampilan dan bersolek ala Barat yang sangat mencolok, minim,
dan ketat.
Sebenarnya tidak sebatas itu, pakaian
yang mereka import dari Barat, akan tetapi semua gaya hidup (lifestyle) masyarakat Barat
ditelan mentah-mentah tanpa ada pertimbangan sedikitpun. Mereka
betul-betul sudah kehilangan jati diri bahkan merasa rendah diri kalau
berpenampilan islami. Padahal, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wasallam sangat melarang kita, sebagai umatnya, untuk tidak
terpengaruh atau meniru dan menyerupai terhadap budaya-budaya Barat, baik
Yahudi maupun Nasrani. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah
menyuruh umatnya agar memendekkan kumis dan memanjangkan jenggot agar berbeda
dengan umat Nasrani yang memanjangkan kumis dan memendekkan jenggot. (H.R. Muslim).
Intinya umat Islam harus berbeda dengan umat yang
lain. Pernah seorang sahabat membacakan syair-syair Yahudi di hadapan
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam. Mendengar
apa yang diucapkan sahabat itu, Rasulullah langsung memintanya untuk segera
mengghentikan lantunan syair
tersebut seraya bersabda, “Seandainya
Musa hidup pada saat ini, maka dia pasti mengikuti aku”. (H.R. Ahmad bin Hanbal). Sekilas, memang tidak salah jika sahabat itu hanya sekadar
membaca syair, namun karena ada unsur tasyabbuh maka hal itu dilarang.
Dalam riwayat lain disebutka (dalam konteks tasyabbuh),
Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wasallam melarang seorang wanita bepenampilan lelaki (mutarajjilat minan-nisâ’).
Demikian pula sebaliknya, laki-laki berpenampilan wanita. Larangan ini
tujuannya adalah agar eksistensi seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan
segala karakteristiknya tetap utuh sebagaimana ia diciptakan dan dikehendaki
oleh Sang Maha Pencipta. Begitu juga dengan larangan-larangan yang disampaikan
Rasulullah sebagaimana Hadis di atas yang tujuannya adalah untuk menjaga keutuhan
eksistensi jati diri umat Islam yang membedakan dengan umat lain.
Dari semua penjelasan di atas, dapat kita simpulkan
bahwa budaya-budaya Barat sekarang ini semakin marak dan sangat banyak penggemarnya. Dan
sebenarnya kita telah terpengaruh oleh budaya mereka. Namun, sayangnya, kita tidak pernah
merasakannya. Maka dari itu, kita harus selalu mengintrospeksi diri
terhadap perilaku kita sehari-hari. Apakah perilaku kita, sampai saat ini, telah sesuai dengan syariat, atau malah sejalan dengan budaya
Barat? Renungkanlah!
Abdul Mun’im/AF3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar