Sabtu, 15 Juni 2013

Fanatisme Terhadap Budaya Barat

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ قَالَ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Sesungguhnya kalian akan mengikuti perilaku umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk kedalam lubang biawak pun, kalian ikuti.” Kami (Abu Sa’id al-Khudri) bertanya, “Ya Rasulullah (apakah yang diikuti itu) adalah Yahudi dan Nasrani?” Rasulullahmenjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (H.R. al-Bukhari)

Kehidupan umat Islam pada akhir zaman, semakin lama kehidupan mereka akan semakin berantakan bahkan tidak karuan. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam sudah menggambarkan hal ini melalui sabdanya, “Masa (qurun)  yang paling bagus adalah masaku, kemudian masa orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim). Hadis ini menggambarkan bahwa kehidupan umat Islam semakin lama akan semakin rusak.
Bukan hanya itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam juga telah menggambarkan perilaku umatnya dikemudian hari, yaitu, mengikuti budaya Barat, Yahudi maupun Nasrani. Orang-orang Yahudi dan Nasrani memang telah berusaha untuk menghancurkan umat Islam dengan berbagaimacam bentuk yang dapat membuat umat Islam mengikuti jejak mereka tanpa terasa. Misalnya, membudayakan pakaian ala Barat, membuat tempat-tempat yang sangat dilarang oleh syariat, seperti diskotik, kafe malam, dan lainnya. Bahkan makanan-makanan yang dikonsumsi kita adalah produk Barat yang dapat mematikan, namun tidak terasa. Dan semua itu sudah diatur oleh mereka.
Mereka, Yahudi dan Nasrani, tidak akan pernah rela melihat orang-orang Islam jaya dan bersatu di muka bumi ini. Apapun akan mereka lakukan, tanpa mengenal lelah, demi menghancurkan Islam, sampai umat Islam mau mengikuti agama mereka, seperti yang telah tersurat dalam kitab Allah subhânahu wata’âlâ yang suci, Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.(Q.S. Al-Baqarah [2]; 120).
Dari semua penjelasan ini, mari kita teliti Hadis di atas yang telah memberikan gambaran tentang perilaku umat Islam pada akhir zaman.

Takhrîjul-Hadîts
Hadis di atas telah di-takhrîj oleh Imam al-Bukhari. Beliau meriwayatkan dari Sa’id bin Abi Maryam, diceritakan oleh Abu Gassân dari Zaid bin Aslam dari ‘Atha’ bin Yasar dari Abi Sa’id al-Khudri, dari Rasulullah  shallallâhu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa Hadis yang telah di-takhrîj oleh Imam al-Bukhari adalah Hadis shahih. Hadis di atas juga bisa dinamakan Hadis yang muttafaq ‘alaih karena diriwayatkan juga oleh Imam Muslim.

Makna Hadis
Yang dimaksud dengan “perilaku umat sebelum kalian” dalam Hadis di atas adalah budaya-budaya Barat, Yahudi dan Nasrani, sedangkan maksud “sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk kedalam lubang biawak pun, kalian ikuti”, adalah kinâyah bahwa umat Islam akan selalu mengikuti semua budaya mereka dalam segi menyalai hukum-hukum syariat dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, bukan dalam segi kekufuran.
Ibnu Hajar al-‘Asqalâni telah menegaskan bahwa yang dimaksud dengan “jengkal demi jengkal, hasta demi hasta, dan lubang biawak” adalah sebagian umat Islam telah mengagumi budaya luar ketimbang ajaran Islam sendiriyang kaya dengan aturan-aturan kehidupan. Kekaguman merekamelampaui batas bahkan terkesan sangat konyol.
Menurut Ibnu ‘Uyainah, Hadis di atas merupakan gambaran bahwa ulama-ulama yang tidak mengamalkan ilmunya berarti mereka telah menyerupai orang-orang Yahudi. Sedangakan para ahli ibadah (ubbâd) yang tidak beretika berarti mereka telah menyerupai orang-orang Nasrani.

Relevansi Hadis dengan Fenomena Kontemporer
Mulai sekarang, kita tidak perlu lagi meragukan tentang terutusnya Nabi Muhammad  shallallâhu ‘alaihi wasallam dan segala mukjizatannya, sekaligus Hadis-hadisnya. Karena apa yang telah disabdakan beliau selalu menjadi fakta yang tidak pernah luput atau bahkan salah. Hadis yang disepakati ke-shahih-annya oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim ini, telah menerangkan akan terjadinya pengikisan jati diri umat Islam. Sungguh benar apa yang telah disabdakan oleh Nabi diatas. Kita, sebagai  umat Islam, telah mengagumi budaya Barat dari pada budaya dan nilai-nilai keislaman.
Ungkapan-ungkapan Hadis tersebut adalah kiasan atas kegilaan kita tehadap budaya import dari Barat yang notabenenya adalah budaya Yahudi dan Nasrani, sehingga, dari keterikatan kita mengikuti budaya itu, Rasulullah  shallallâhu ‘alaihi wasallam telah memberi perumpamaan, kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak yang sempit dan menjijikkan maka diikuti oleh umat Islam karena kefanatikan dan kekaguman mereka yang membabi buta. Lihatlah, Kalau kita berjalan beberapa langkah saja keluar rumah, sudah dapat kita pastikan bahwa kita akan melihat penampilan remaja Muslim dan Muslimah yang begitu akrab dan sangat terbiasa dengan penampilan dan bersolek ala Barat yang sangat mencolok, minim, dan ketat.
Sebenarnya tidak sebatas itu, pakaian yang mereka import dari Barat, akan tetapi semua gaya hidup (lifestyle) masyarakat Barat ditelan mentah-mentah tanpa ada pertimbangan sedikitpun. Mereka betul-betul sudah kehilangan jati diri bahkan merasa rendah diri kalau berpenampilan islami. Padahal, Rasulullah  shallallâhu ‘alaihi wasallam sangat melarang kita, sebagai umatnya, untuk tidak terpengaruh atau meniru dan menyerupai terhadap budaya-budaya Barat, baik Yahudi maupun Nasrani. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah  shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah menyuruh umatnya agar memendekkan kumis dan memanjangkan jenggot agar berbeda dengan umat Nasrani yang memanjangkan kumis dan memendekkan jenggot. (H.R. Muslim).
Intinya umat Islam harus berbeda dengan umat yang lain. Pernah seorang sahabat membacakan syair-syair Yahudi di hadapan Rasulullah  shallallâhu ‘alaihi wasallam. Mendengar apa yang diucapkan sahabat itu, Rasulullah langsung memintanya untuk segera mengghentikan lantunan syair tersebut seraya bersabda, “Seandainya Musa hidup pada saat ini, maka dia pasti mengikuti aku”. (H.R. Ahmad bin Hanbal). Sekilas, memang tidak salah jika sahabat itu hanya sekadar membaca syair, namun karena ada unsur tasyabbuh maka hal itu dilarang.
Dalam riwayat lain disebutka (dalam konteks tasyabbuh), Rasulullah  shallallâhu ‘alaihi wasallam melarang seorang wanita bepenampilan lelaki (mutarajjilat minan-nisâ’). Demikian pula sebaliknya, laki-laki berpenampilan wanita. Larangan ini tujuannya adalah agar eksistensi seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan segala karakteristiknya tetap utuh sebagaimana ia diciptakan dan dikehendaki oleh Sang Maha Pencipta. Begitu juga dengan larangan-larangan yang disampaikan Rasulullah sebagaimana Hadis di atas yang tujuannya adalah untuk menjaga keutuhan eksistensi jati diri umat Islam yang membedakan dengan umat lain.
Dari semua penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa budaya-budaya Barat sekarang ini semakin marak dan sangat banyak penggemarnya. Dan sebenarnya kita telah terpengaruh oleh budaya mereka. Namun, sayangnya, kita tidak pernah merasakannya. Maka dari itu, kita harus selalu mengintrospeksi diri terhadap perilaku kita sehari-hari. Apakah perilaku kita, sampai saat ini, telah sesuai dengan syariat, atau malah sejalan dengan budaya Barat? Renungkanlah!


Abdul Mun’im/AF3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar