Sejarah
Perkembangan Filsafat Ilmu
A.
Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu adalah reperentasi realitas oleh para ilmuwan
dengan jerih payahnya, dan dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin
ilmu dan sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan.
Pertama,
sebagai disiplin ilmu, mempelajari Filsafat Ilmu berarti mempelajari secara
filosofis berbagai hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Filsafat Ilmu
merupakan sebuah disiplin ilmu yang tidak menarik bagi orang yang tidak
mengalami ketersinggungan dengan dunia keilmuan, lebih-lebih bagi mereka yang
tidak mempunyai kepekaan ilmiah dan cenderung pragmatis. Tetapi bagi mereka
yang membaca karya ilmiah, apalagi memanfaatkan temuan-temuan ilmiah, maka
mempelajari Filsafat Ilmu adalah sangat menarik, karena dengan begitu mereka
tidak hanya menerimanya secara mentah mentah (secara taqlid).
Kedua, sebagai landasan filosofis bagi ilmu pengetahuan. Sepanjang
sejarah perkembangan ilmu, peran Filsafat Ilmu dalam struktur bangunan keilmuan
tidak bisa disangsikan, karena ia merupakan landasan filosofis bagi tegaknya
suatu ilmu. Maka, mustahil para ilmuan menafikan peran Filsafat Ilmu dalam
setiap kegiatan keilmuan.
Filsafat
Ilmu tidak hanya sebagai sarana (instrument) atau kerangka dalam proses
penggalian ilmu, tetapi juga memberikan kerangka pada taraf pra dan post
kegiatan keilmuan.
B.
Sejarah Filsafat Ilmu
Menurut
sejarahnya, pada awalnya yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu adalah filsafat
sains. Namun pada kenyataannya Filsafat Ilmu sebagai sebuah disiplin memiliki
objek kajian yang cukup luas yaitu baik natural sciences maupun social
sciences sampai yang tergolong dalam ilmu humanities, termasuk ilmu–ilmu
keagaamaan dan kebahasaan.
Dalam
pandangan Filsafat Ilmu, proses dan
hasil keilmuan pada jenis ilmu apapun, sangat ditentukan oleh landasan
filosofis yang mendasarinya. Landasan filosofis dimaksud adalah asumsi dasar,
paradigma dan kerangka teori (theoretical framework).
Dalam
sejarah perkembangan ilmu, ketiga hal ini memiliki keterkaitan tidak saja
historis, tetapi juga sistematis. Disebut demikian, karena suatu paradigma
tertentu lahir berdasarkan asumsi dasar tertentu, begitu pula teori tertentu
bekerja tidak keluar dari ‘wilayah’ paradigmanya.dari ketiganya mengambil
bentuk kerucut, dalam arti mulai dari yang umum ke yang lebih khusus.
Asumsi
dasar proses keilmuan diidentifikasikan oleh Filsafat Ilmu menjadi beberapa
aliran pemikiran, yang meliputi : rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan
intuisionisme, sementara paradigma keilmuan (dalam tradisi sains ) meliputi
: positivisme, neo-positivisme, konstruktifisme, dan teori kritis (critical
theory). Masing-masing paradigma tersebut bisa mencangkup beberapa kerangka
teori, yang secara serius dibangun dan ditawarkan oleh seorang ilmuwan atau
kelompok ilmuwan tertentu.
Dari
sini bisa dipahami, jika beberapa ilmu kemudian dapat diklasifikasikan menurut
kesamaan karakteristiknya, yakni atas dasar kesamaan teori atau paradigma,
misalnya seperti apa yang dilakukan Habermas, sebagaimana telah disampaikan
diatas.
Filsafat
Ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara keseluruhan perkembangannya
tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan filsafat itu sendiri secara
keseluruhan. Menurut Lincoln Cuba, sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul Azim,
bahwa kita mengenal tiga babakan perkembangan paradigma dalam Filsafat Ilmu di
Barat yaitu era prapositivisme, era positivisme dan era pasca modernisme. Era
prapositivisme adalah era paling panjang dalam sejarah Filsafat Ilmu yang
mencapai rentang waktu lebih dari dua ribu tahun.
Dalam
uraian ini, cenderung mengklasifikasi perkembangan Filsafat Ilmu berdasarkan
ciri khas yang mewarnai pada tiap fase perkembangan. Dari sejarah panjang
filsafat, khususnya Filsafat Ilmu, perkembangannya terbagi ke dalam empat fase
sebagai berikut:
- Filsafat Ilmu zaman kuno, yang
dimulai sejak munculnya filsafat sampai dengan munculnya Renaisance.
- Filsafat Ilmu sejak munculnya
Rennaisance sampai memasuki era positivism.
- Filsafat Ilmu zaman modern, sejak
era positivisme sampai akhir abad kesembilan belas.
- Filsafat Ilmu era kontemporer yang
merupakan perkembangan mutakhir, Filsafat Ilmu sejak awal abad kedua puluh
sampai sekarang.
C.
Penutup
Pokok pembahasan dalam Filsafat Ilmu
adalah sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, hakikat dan sumber pengetahuan
dan kriteria kebenaran. Di samping itu, Filsafat Ilmu juga membahas persoalan
objek, metode, dan tujuan ilmu. Yang tidak kalah pentinganya adalah sarana
ilmiah. Filsafat Ilmu
mengalami sejarah yang panjang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak
bisa lepas dari perkembangan pemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu
kepada peradaban Yunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun
mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman
kontemporer.
Diharapkan perkembangan ilmu yang
begitu spektakuler di satu sisi dan nilai-nilai moral yang bersifat statis dan
universal di sisi lain dapat dijadikan arah dalam menuntun perkembangan ilmu
selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan moral terhadap ilmu dikhawatirkan
kehebatan ilmu dan tekhnologi tidak semakin menyejahterakan manusia, tetapi
justru merusak dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka. Pada saat ini tepat
rasanya pesan ini disampaikan agar ilmu tidak “kebablasan” dengan ilmu
hanya untuk ilmu.
Demikianlah pembahasan pengertian Filsafat
Ilmu dan sejarahnya, mudah-mudahan mampu menggugah kita untuk terus mencari,
bertualang di dunia ilmu, dan akhirnya memutuskan dengan berpedoman pada
moralitas universal.
Daftar
Pustaka
Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu ( Kajian atas Asumsi
Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta, Belukar,
Cetakan ke 5, Agustus 2008
Muhammad Muslih, Pengantar Ilmu Filsafat, Darussalam
University Press, Cetakan 1, Dzulhijjah 1429 / Desember 2008
Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar,M.A, Filsafat Ilmu, Rajawali Press, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, Cetakan ke-11, Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar